Minggu, 23 Januari 2011

pendekatan dalam melihat permasalahan

Dalam perjalanan hidup manusia, tentunya berbagai masalah silih berganti menghampiri dalam hidup kita. Respon individu masing masing tentunya berbeda satu sama lain. Dalam memandang suatu masalah dapat digolongkan menjadi 2 pendekatan yaitu pendekatan reactive dan pendekatan receptive. Perbedaan diantara masing masing pendekatan tersebut sangatlah mencolok. Berikut penjelasan pendekatan dalam melihat permasalahan.

Pendekata Reactive


Pendekatan reactive biasanya melihat suatu permasalahan sebagai ancaman. Entah ancaman terhadap karir, bisnis, keluarga, dan lain sebagainya. Dalam kelompok ini seseorang mencari solusi terhadap masalah dengan menggunakan pendekatan logis dan tradisional.
Ciri-cirinya:

  • Begitu masalah datang Anda cenderung segera mencari cara apapun untuk mengatasinya.
  • Masalah dilihat sebagai faktor penghambat perkembangan diri.
  • Anda akan segera menyusun strategi untuk menghadapi masalah
  • Karena masalah dilihat sebagai ancaman, dia akan mendominasi pikiran dan cenderung menyebabkan kecemasan dan stress.

Apabila Anda bekerja di perusahaan, barangkali Anda pernah diminta untuk memimpin suatu proyek dimana Anda bertanggung jawab untuk mencapai target tertentu. Disini Anda dihadapkan dengan situasi yang membutuhkan analisa, justifikasi, dan pemikiran logis dalan menghadapi tantangan atau masalah yang muncul. Anda akan berada dalam kondisi tertekan untuk memenuhi deadline. Bisa ditebak, Anda akan cenderung menggunakan pendekatan reaktif dalam menyelesaikan persoalan.

Pendekatan Receptive

Pendekatan receptive biasanya dipraktekkan oleh mereka yang sudah menyadari bahwa masalah bukanlah ancaman tetapi justru konsekuensi yang timbul dari suatu kondisi yang kita ciptakan. Oleh karena itu kita mempunyai kekuatan untuk mengubah kondisi tersebut dari dalam diri sendiri. Anda mau menerima permasalahan dan pada saat yang sama membuat solusinya. Ciri-cirinya:

Ketika masalah datang, Anda mengenalinya dan menggunakan pendekatan:

  • Masalah merupakan kebalikan dari solusi. Ketika masalah muncul, Anda percaya saat itu juga bahwa solusinya sudah ada.
  • Anda fokus kepada solusi dari persoalan yang timbul, bukan pada penyebab dari masalah itu. Dengan demikian Anda mengambil alih kontrol dari dalam diri Anda sendiri, bukannya dikendalikan oleh keadaan di luar.
  • Masalah merupakan kesempatan untuk pengembangan diri. Anda melihatnya sebagai peluang untuk meciptakan realitas positif dalam hidup Anda.

Mau menerima masalah bukan berarti berdiam diri. Anda tidak ”kebakaran jenggot” tetapi mengenali masalah itu dengan tenang dan membuat diri Anda responsif terhadap semua yang Anda perlukan untuk mengundang solusi.

Contoh yang paling sederhana adalah ketika pasangan yang Anda cintai (misalnya istri, suami, atau pacar) sedang ngambek karena masalah sepele. Dengan pendekatan reactive, Anda hanya akan memperburuk keadaan dengan bertanya-tanya kenapa dia harus ngambek, menganalisa penyebabnya dan merasa kondisi ini akan mengancam keharmonisan hubungan Anda dengannya. Bukannya solusi yang didapat tetapi justru kecemasan dan kekhawatiran.

Dengan pendekatan receptive, Anda menerima dan menyadari bahwa pasangan Anda sedang marah. Anda fokuskan energi Anda untuk menciptakan kasih sayang yang pada dasarnya merupakan lawan dari kemarahan. Anda tidak larut terbawa suasana – mencoba mencari jawaban dari analisa kenapa dia jadi marah – tetapi mengambil alih kendali dari dalam diri sendiri, tetap berpikir tenang, dan menunjukan sikap positif dalam perilaku Anda. Anda akan rasakan bahwa berada dalam situasi ini justru membuat diri Anda berkembang. Anda membuat kualitas positif dari diri Anda muncul ke permukaan dan sudah menjadi hukum alam dengan bersikap seperti ini pasangan Anda niscaya akan berubah dari marah menjadi cinta.

Dengan pendekatan dalam melihat permasalahan seperti diatas, tentunya membuat kita lebih jelas akan tindakan tindakan diri kita pada saat permasalahan datang menghampiri di kehidupan kita. Manakah pendekatan anda dalam melihat suatu permasalahan?? Hanya anda yang tau jawabannya..



tanda tanda anak autis

Setelah kemarin saya menulis tentang penyebab autis, kali ini saya akan mencoba berbagi tentang tanda tanda anak autis, dengan mengamati anak anak anda dalam bergaul dan pembawaan diri semoga anda dapat lebih mengenal sosok anak anda maupun agar lebih waspada akan tanda tanda aitus yang di alami anak anda.
Adapun tanda tanda Anak autis menunjukkan gangguan–gangguan dalam aspek-aspek berikut ini:
Cara Anak Austistik Berkomunikasi :

  • Sebagian tidak berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal.
  • Tidak mampu mengekpresikan perasaan maupun keinginan
  • Sukar memahami kata-kata bahasa orang lain dan sebaliknya kata-kata/bahasa mereka sukar dipahami maknanya..
  • Berbicara sangat lambat, monoton, atau tidak berbicara sama sekali.
  • Kadang-kadang mengeluarkan suara-suara aneh.
  • Berbicara tetapi bukan untuk berkomunikasi.
  • Suka bergumam.
  • Dapat menghafal kata-kata atau nyanyian tanpa memahami arti dan konteksnya.
  • Perkembangan bahasa sangat lambat bahkan sering tidak tampak.
  • Komunikasi terkadang dilakukan dengan cara menarik-narik tangan orang lain untuk menyampaikan keinginannya

Cara Anak Austistik Bergaul :

  • Tidak ada kontak mata
  • Menyembunyikan wajah
  • Menghindar bertemu dengan orang lain
  • Menundukkan kepala
  • Membuang muka
  • Hanya mau bersama dengan ibu/keluarganya
  • Acuh tak acuh, interaksi satu arah.
  • Kurang tanggap isyarat sosial.
  • Lebih suka menyendiri.
  • Tidak tertarik untuk bersama teman.
  • Tidak tanggap / empati terhadap reaksi orang lain atas perbuatan sendiri.
  • Cara Anak Autistik Membawakan Diri :
  • Menarik diri
  • Seolah-olah tidak mendengar (acuk tak acuh/tambeng)
  • Dapat melakukan perintah tanpa respon bicara
  • Asik berbaring atau bermain sendiri selama berjam-jam.
  • Lebih senang menyendiri. .
  • Hidup dalam alam khayal (bengong)
  • Konsentrasi kosong
  • Menggigit-gigit benda
  • Menyakiti diri sendiri
  • Sering tidak diduga-duga memukul teman.
  • Menyenangi hanya satu/terbatas jenis benda mainan
  • Sering menangis/tertawa tanpa alasan
  • Bermasalah tidur/tertawa di malam hari
  • Memukul-mukul benda (meja, kursi)
  • Melakukan sesuatu berulang-ulang (menggerak-gerakkan tangan, mengangguk-angguk dsb).
  • Kurang tertarik pada perubahan dari rutinitas

Kepekaan Sensori Integratifnya Anak Autistik :

  • Sangat sensitif terhadap sentuhan ,seperti tidak suka dipeluk.
  • Sensitif terhadap suara-suara tertentu
  • Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
  • Sangat sensitif atau sebaliknya, tidak sensitif terhadap rasa sakit.

Cara Pola Bermain anak autistik :

  • Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
  • Kurang/tidak kreatif dan imajinatif
  • Tidak bermain sesuai fungsi mainan
  • Menyenangi benda-benda berputar, sperti kipas angin roda sepeda, dan lain-lain.
  • Sering terpaku pada benda-benda tertentu

Keadaan Emosi Anak autistik :

  • Sering marah tanpa alasan.
  • Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum )bila keinginan tidak dipenuhi.
  • Tiba-tiba tertawa terbahak-bahak atau menangis tanpa alasan
  • Kadang-kadang menyerang orang lain tanpa diduga-duga.

Kondisi Kognitif Anak Autis :
Menurut Penelitian di Virginia University di Amerika Serikat diperkirakan 75 – 80 % penyandang autis mempunyai kemampuan berpikir di bawah rata-rata/retardasi mental, sedangkan 20 % sisanya mempunyai tingkat kecerdasan normal ataupun di atas normal untuk bidang-bidang tertentu.

  • Sebagian kecil mempunyai daya ingat yang sangat kuat terutama yang berkaitan denga obyek visual (gambar)
  • Sebagian kecil memiliki kemampuan lebih pada bidang yang berkaitan dengan angka.

Sedikit ulasan tanda tanda anak autis diatas semoga mambantu anda untuk lebih faham dan lebih mengerti sehingga orangtua lebih waspada dan mengetahui kondisi anak anak anda.

penyabab autisme

Dalam kehidupan ini, tuhan menciptakan makhluk di muka bumi ini dengan berbagai bentuk mulai dari tanaman, hewan, manusia mapun yang lainnya hingga membuat dunia ini lebih indah dan berwana karena ciptan-NYA. Menilik keragaman tersebut, banyak manusi atau keluarga yang mendapatkan keturunan dengan keadaan yang kurang sempurna ataupun cacat. Kecacatan tersebut dapat berupa keadaan yang terlihat (cacat tubuh) dan adapula yang tidak terlihat yaitu autisme. Autisme dapat dijadikan momok yang sangat menakutkan bagi pasangan yang menginginkan keturunan, karena hingga sekarang ini belum jelas penyebab autisme hingga sekarang.

Seperti yang telah saya katakan diatas dan telah banyak di beritakan ataupun di utarakan oleh para pakar maupun ahli bahwa sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab autisme. Namun demikian ada beberapa faktor yang di mungkinkan dapat menjadi penyebab timbulnya autisme seperti berikut:

  • Menurut Teori Psikososial : Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autisme dianggap sebagai akibat hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak. Demikian juga dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak hangat bahkan dingin dapat menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik.
  • Teori Biologis :
  1. Faktor genetic: Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih tinggi dibanding populasi keluarga normal.
  2. Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi terlambat, gangguan pernapasan, anemia.
  3. Neuro anatomi yaitu: Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama dalam kandugan yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan, atau infeksi.
  4. Struktur dan Biokimiawi yaitu: Kelainan pada cerebellum dengan cel-sel Purkinje yang jumlahnya terlalu sedikit, padahal sel-sel purkinje mempunyai kandungan serotinin yang tinggi. Demikian juga kemungkinan tingginya kandungan dapomin atau opioid dalam darah.
  • Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu bara, dlsb.
  • Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan. Menurut data yang ada 60 % anak autistik mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna. Dan kemungkinan timbulnya gejala autistik karena adanya gangguan dalam pendengaran dan penglihatan.

Demikian informasi tentang penyebab autisme yang dapat saya utarakan secara singkat, semoga membantu untuk anda.

faktor perkembangan bahasa anak

Dalam kehidupan perkembangan anak,banyak faktor yang dapat mempengaruhi jalannya perkembangan anak,mulai dari perkembangan tubuh anak hingga faktor perkembangan bahasa anak yang biasanya mengalami permasalahan atau kendala sehingga menjadikan anak mengalami keterlambatan komunikasi pada umumnya.


Factor perkembangan bahasa anak dapat di sebabkan oleh banyak factor antaran lain yaitu :

  1. Faktor Kesehatan. Kesehatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, terutama pada usia awal kehidupannya. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya. Oleh karena itu, untuk memelihara perkembangan bahasa anak secara normal, orangtua perlu memper hatikan kondisi kesehatan anak. Upaya yang dapat ditempuh adalah dengan cara memberikan ASI, makanan yang bergizi, memelihara kebersihan tubuh anak atau secara reguler memeriksakan anak ke dokter atau ke puskesmas.
  2. Inteligensi Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat inteligensinya. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai inteligensi normal atau di atas normal.
  3. Status Sosial Ekonorni Keluarga. Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasa dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-duanya (Hetzer & Reindorf dalam E. Hurlock. 1956).
  4. Jenis kelamin (Sex). Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dengan wanita. Namun mulai usia dua tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.
  5. Hubungan Keluarga. Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orangtua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anak.

faktor perkembangan bahasa anak

Dalam kehidupan perkembangan anak,banyak faktor yang dapat mempengaruhi jalannya perkembangan anak,mulai dari perkembangan tubuh anak hingga faktor perkembangan bahasa anak yang biasanya mengalami permasalahan atau kendala sehingga menjadikan anak mengalami keterlambatan komunikasi pada umumnya.


Factor perkembangan bahasa anak dapat di sebabkan oleh banyak factor antaran lain yaitu :

  1. Faktor Kesehatan. Kesehatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, terutama pada usia awal kehidupannya. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya. Oleh karena itu, untuk memelihara perkembangan bahasa anak secara normal, orangtua perlu memper hatikan kondisi kesehatan anak. Upaya yang dapat ditempuh adalah dengan cara memberikan ASI, makanan yang bergizi, memelihara kebersihan tubuh anak atau secara reguler memeriksakan anak ke dokter atau ke puskesmas.
  2. Inteligensi Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat inteligensinya. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai inteligensi normal atau di atas normal.
  3. Status Sosial Ekonorni Keluarga. Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasa dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-duanya (Hetzer & Reindorf dalam E. Hurlock. 1956).
  4. Jenis kelamin (Sex). Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dengan wanita. Namun mulai usia dua tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.
  5. Hubungan Keluarga. Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orangtua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anak.